SISTEM KOORDINASI
MAKALAH BIOLOGI SISTEM KOORDINASI
DISUSUN OLEH: NURULIA SINTA DEWI (XI
IPA 2)
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
SMA NEGERI 2 WONOSARI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SISTEM KOORDINASI
1.
SISTEM
SARAF
Sistem saraf
merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf
ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi
tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel
saraf atau neuron
Pada sistem
saraf ada bagian-bagian yang disebut :
a. Reseptor : alat untuk menerima
rangsang biasanya berupa alat indra
b. Efektor : alat untuk menanggapi rangsang berupa otot dan kelenjar
c. Sel Saraf Sensoris : serabut saraf yang membawa rangsang ke otak
d. Sel saraf Motorik : serabut saraf yang membawa rangsang dari otak
e. Sel Saraf Konektor : sel saraf motorik atau sel saraf satu dengan sel saraf lain.
b. Efektor : alat untuk menanggapi rangsang berupa otot dan kelenjar
c. Sel Saraf Sensoris : serabut saraf yang membawa rangsang ke otak
d. Sel saraf Motorik : serabut saraf yang membawa rangsang dari otak
e. Sel Saraf Konektor : sel saraf motorik atau sel saraf satu dengan sel saraf lain.
Berdasarkan
letak neuron penghubung (neuron konektor), gerak refleks dibagi menjadi dua
macam, yaitu refleks otak dan refleks tulang belakang.
Jika neuron
konektornya terletak di otak disebut refleks otak. Contohnya, gerakan pupil
mata yang menyempit dan melebar karena terkena rangsangan cahaya. Jika neuron
konektornya terletak di sumsum tulang belakang disebut refleks sumsum tulang
belakang. Contohnya, gerakan lutut yang tidak disengaja.
Skema terjadinya gerak sadar:
Rangsang -reseptor – sel saraf sensorik – otak-sel saraf motorik-efektor- tanggapan
Sistem saraf dibagi menjadi dua macam, yaitu sistem saraf pusat dan saraf
tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang.
Sedangkan, sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf sadar (saraf
kraniospinal) dan saraf tak sadar (saraf otonom).
2.
SISTEM INDERA
Tubuh manusia mempunyai berbagai organ indera.
Masing-masing organ indera dikhususkan untuk mendeteksi adanya rangsang
tertentu. Mata mendeteksi adanya cahaya. Hidung dan lidah mendeteksi adanya molekul-molekul
zat kimia. Telinga mendeteksi adanya getaran atau gelombang udara. Kulit
mendeteksi adanya panas, dingin, sentuhan, dan tekanan. Organ indera bisa
menentukan adanya rangsang tertentu karena ada sel-sel reseptor. Reseptor adalah
bagian saraf yang menanggapi rangsang. Reseptor tertentu peka terhadap rangsang
tertentu.
A.
Indera
Penglihatan
Mata merupakan indera penglihatan yang dibentuk untuk menerima
rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina. Kemudian, rangsangan ini dialihkan
ke pusat penglihatan melalui serabut-serabut nervus optikus untuk ditafsirkan..
B.
Indera
Pendengaran (Telinga)
Telinga merupakan organ pendengaran. Telinga terdiri atas tiga bagian,
yaitu telinga luar, telinga tengah, dan rongga telinga dalam.
C.
Indera
Peraba (Kulit)
Kulit merupakan indera peraba. Kulit menutupi dan melindungi permukaan
tubuh dan bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan
lubanglubang masuk. Kulit mempunyai banyak fungsi, yaitu sebagai indera peraba,
membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya air dari tubuh, dan
mempunyai sedikit kemampuan eksretori, sekretori, dan absorpsi. Kulit dibagi
menjadi dua lapisan, yaitu epidermis (kutikula) dan dermis (korium).
D. Indera Perasa ( Pengecap)
Lidah merupakan indera perasa. Selain membantu proses pencernaan, lidah
juga dapat merasakan rasa makanan. Permukaan lidah kasar karena terdapat
tonjolan yang disebut papila. Papila ini berfungsi untuk mengecap.
Ada empat macam rasa kecapan, yaitu rasa manis, pahit, asam, dan asin.
Ada empat macam rasa kecapan, yaitu rasa manis, pahit, asam, dan asin.
Umumnya, makanan memiliki ciri harum dan ciri rasa. Ciri harum merangsang
ujung saraf penciuman, bukan pengecapan. Agar dapat dirasakan, semua makanan
harus menjadi cairan dan harus bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu
menerima rangsangan berbeda-beda.
Reseptor rasa manis dan asin terdapat di ujung lidah, rasa pahit di pangkal lidah, dan untuk rasa asam ada di sisi lidah bagian dalam.
Reseptor rasa manis dan asin terdapat di ujung lidah, rasa pahit di pangkal lidah, dan untuk rasa asam ada di sisi lidah bagian dalam.
E.
Indera
Penciuman
Indera penciuman terdapat di rongga hidung. Sel-sel sensori penerima
rangsang berupa bau terdapat di lapisan epitel dalam rongga hidung dan
dilindungi oleh mukus (lendir). Di akhir setiap sel sensori terdapat silia atau
rambut pembau. Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang terhirup. Rasa penciuman
ini sangat peka, tetapi kepekaan ini mudah hilang bila dihadapkan pada suatu
bau yang sama untuk waktu yang lama. Rasa penciuman akan melemah bila kamu
sedang flu karena terdapat penumpukan cairan yang menghalangi silia untuk
membaui sesuatu.
3.
SISTEM HORMON
Hormon merupakan salah satu sistem koordinasi di
dalam tubuh dengan menggunakan cairan yang diedarkan oleh pembuluh darah.
Dengan menggunakan hormon rangsang lebih lambat diberi tanggapan. Satu
kelebihan koordinasi menggunakan hormon yaitu dengan sedikit saja hormon mampu
mempengaruhi organ-organ yang menjadi sasarnnya.
KELAINAN,
TEKNOLOGI, DAN GAYA HIDUP SEHAT PADA SISTEM KOORDINASI
A.
KELAINAN DAN PENYAKIT PADA SISTEM SARAF
a. Migrain
Penyakit
sistem saraf ini mengakibatkan penderitanya merasakan sakit di sebagian
kepalanya. Bagian sebelah kiri maupun kanan. Penyakit sistem saraf ini
cenderung dianggap sepele. Namun bila dibiarkan, penyakit sistem saraf ini
dapat merusak sel-sel saraf pada otak menjadi rusak.
b. Sakit Kepala
Penyakit
sistem saraf ini sepertinya merupakan penyakit yang paling banyak dikeluhkan
oleh manusia. Penyebabnya, sebagian besar berasal dari tingkat ketegangan pada
sistem saraf manusia. Jika sudah begini, kepala akan terasa sangat berat dan
biasanya sering diikuti oleh hilangnya keseimbangan tubuh.
c. Vertigo
Tidak
berbeda jauh dengan kedua penyakit sistem saraf di atas, Vertigo juga
mengakibatkan penderitanya menjadi pusing kepala, kehilangan keseimbangan,
tetapi justru kepala terasa sangat ringan, melayang dan sering mengalami
gangguan jika berada di ruangan.
d. Alzheimer
Alzheimer
adalah penyakit sistem saraf yang berupa kehilangan kemampuan untuk peduli
kepada diri sendiri. Penderita penyakit sistem saraf ini kehilangan kemampuan
dalam hal mengingat peristiwa yang baru terjadi. Penerita penyakit sistem saraf
ini kemudian menjadi bingung, menjadi pelupa, sering mengulang-ulang pertanyaan
yang sama, bahkan tersesat saat berada di tempat yang tak asing baginya atau
sering dikunjungi.
e. Stroke
Stroke
merupakan kematian sel-sel otak disertai gangguan fungsinya yang disebabkan
oleh terganggunya aliran darah otak. Penyebab stroke yang paling umum adalah
tekanan darah tinggi atau arterosklerosis atau kedua-duanya.
f.
Meningitis
Penyakit
sistem saraf ini disebabkan karena terjadinya peradangan pada meninges.
Penyakit sistem saraf ini dapat menular, dan ditularkan melalui virus. Virus
tersebut yang kemudian menginfeksi selaput saraf pada manusia.
g. Polio
Polio
merupakan penyakit pada sistem saraf yang disebabkan oleh infeksi virus pada
sel-sel saraf motorik otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini menular dan
jika sudah menyerang tidak dapat diobati. Penularannya dapat melalui makanan.
Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan vaksin antipolio yang diberikan pada
bayi melalui imunisasi oral (diminumkan).
h. Epilepsi
Epilepsi
merupakan penyakit pada sistem saraf yang disebabkan karena adanya gangguan
penghantar impuls listrik pada sel-sel saraf, penderita tumor otak, trauma pada
kepala, pengguna obat-obat bius dan penderita cacat otak bawaan. Penderita
epilepsi sering mengalami kejang-kejang sampai dari mulutnya mengeluarkan
cairan
seperti busa. Epilepsi dapat disembuhkan dengan
berobat teratur.
B. KELAINAN DAN
PENYAKIT PADA ALAT INDRA
a.
Kelainan pada Indra Penglihatan
1.
Astigmatis
Astigmatis (mata
silindris) adalah kelainan pada mafa yang menyebabkan penglihatan menjadi
kabur. Hal ini terjadi karena penderita tidak mampu melihat garis-garis
horizontal dan vertikal secara bersama-sama. Kelainan ini dapat diatasi dengan
memakai kacamata silindris.
2.
Miopi
Miopi (rabun jauh)
adalah kelainan pada mata yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat jauh.
Hal itu terjadi karena bola mata terlalu panjang dan bayangan benda jatuh di
depan bintik kuning. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kaca mata
berlensa cekung (negatif).
3.
Hipermetropi
Hipermetropia (rabun
dekat) adalah kelainan pada mata yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat
dekat. Hal itu terjadi karena bola mata terlalu pendek dan bayangan jatuh di
belakang bintik kuning. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kaca mata
berlensa cembung (positif).
4.
Presbiopia
Presbiopia (rabun dekat
danjauh) adalah kelainan yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat dekat
dan jauh. Hal itu terjadi karena daya akomodasi mata mulai berkurang. Kelainan
ini dapat diatasi dengan memakai kacamata berlensa rangkap.
5.
Rabun Senja
Penderita rabun senja
(rabun ayam) tidak dapat melihat dengan baik pada senja dan malam hari ketika
cahaya mulai rentang-remang. Gangguan penglihatan ini disebabkan oleh
kekurangan vitamin A. Cara mencegah dan mengatasi gangguan ini ialah dengan
mengonsumsi rnakanan yang banyak mensandung vitamin A.
b.
Gangguan pada Indra Pendengaran
1.
Radang Telinga
Radang telinga dapat
terjadi di bagian luar maupun tengah. Radang telinga bagian luar terjadi karena
bakteri, jamur, atau virus yang masuk melalui berbagai cara. misalnya masuk
bersama air ketika berenang. Radang telinga tengah (otitis media) dapat terjadi
karena bakteri atau virus, misalnya virus influenza.
2.
Tuli Mendadak
Tuli mendadak merupakan
keadaan emergensi di telinga, dimana telinga mengalami ketulian secara
mendadak, kadang tanpa disertai keluhan, umumnya mengenai satu telinga.
c.
Gangguan pada Indra Peraba
1.
Kutu air
Kutu air adalah sebuah
infeksi jamur pada kulit, biasanya di
antara jari kaki yang disebabkan oleh jamur
parasit, penyakit ini menular.
2.
Kusta
Kusta adalah sebuah penyakit
infeksi kronis yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas.
3.
Panu
Panu merupakan
salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit panu ditandai
oleh bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa gatal pada saat
berkeringat.. Jamur yang menyebabkan panau adalah Malassezia
furfur.
d.
Gangguan pada Indra Pengecap
1.
Mati Rasa
Mati rasa dibedakan
menjadi dua yaitu bersifat sementara dan bersifat permanen. Mati rasa sementara
terjadi ketika kita memakan atau meminum sesuatu yang suhunya terlalu panas
atau terlalu dingin. Sedangkan mati rasa permanen terjadi karena rusaknya
jaringan saraf yang berhubungan dengan indra pengecap di otak karena si
penderita mengalami trauma pada bagian tertentu di otak.
2.
Kanker Lidah
Penyebab kanker lidah
salah satunya rokok. Asap yang lama mengepul di rongga mulut dan terkena lidah
bisa memicu kanker lidah. penyebab terbesar terjadinya kanker lidah karena
merokok, terutama yang lebih dari 2 pak per hari. Risiko tersebut akan
meningkat jika mengonsumsi alkohol. Pengobatan dapat dilakukan dengan
operasi, radiasi, sinar-X dan kemoterapi.
e.
Gangguan pada Indra Pembau
1.
Anosmia
Anosmia adalah gangguan
pada hidung berupa kehilangan kemampuan untuk membau. Penyakit ini dapat
terjadi karena beberapa hal, misalnya cidera atau infeksi di dasar kepala,
keracunan timbel, kebanyakan merokok, atau tumor otak bagian depan.
2.
Rhinitis Alergika
Rhinitis Alergika
terjadi karena sistem kekebalan tubuh kita bereaksi berlebihan terhadap
partikel-partikel yang ada di udara yang kita hirup. Sistem kekebalan tubuh
kita menyerang partikel-partikel itu, menyebabkan gejala-gejala seperti
bersin-bersin dan hidung meler. Partikel-partikel itu disebut alergen yang
artinya partikel-partikel itu dapat menyebabkan suatu reaksi alergi.
C.
TEKNOLOGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM KOORDINASI
1.
Elektroneuromiografi (EMG)
EMG merupakan suatu pemeriksaan yang
non-invasif dan dipergunakan untuk memeriksa keadaan saraf perifer dan otot.
Dan merupakan pelengkap dari pemeiksaan klinis neurologis maupun pemeriksaan
penunjang lain (mis. MRI), sehingga dari hasil-hasil pemeriksaan tersebut dapat
ditarik suatu kesimpulan.
Jangkauan pemeriksaan EMG adalah
sesuai dengan gangguan Lower Motor Neuron (LMN) yang meliputi cornu anterior,
radiks, pleksus, saraf prefier, paut saraf otot dan otot.
2.
Somato Senseric Evoked Potential (SSEP)
Adalah pemeriksaan yang dipergunakan
untuk melihat atau mempelajari lesi-lesi yang letaknya lebih proksimal,
sepanjang jaras somato-sensorik (dengan kata lain yang tidak terjangkau dengan
EMG – jadi dapat yang bersifat Upper Neuron/UMN).
3.
Intraoperatif Neurofisiologik Monitoring
Suatu tindakan yang dikerjakan akan
menempuh resiko. Lapangan intraoperatif merupakan satu bagian yang penuh dengan
resiko dan pembedahan itu sendiri dapat menimbulkan berbagai resiko pada system
persyarafan dan anggota gerak.
Pembiusan (anaesthesia)
diaplikasikan untuk mencapai penekanan /supresi pada fungsi motorik dan
sensorik pasien selama proses pembedahan, namun supresi tersebut tidak mampu
memberikan informasi klinis dini/memberi peringatan dini kepada operator jika
terjadi bahaya yang mengancam, yang tepat pada waktunya.
Sebagai metode alternatif dari
monitoring dan untuk menjaga keselamatan fungsi syaraf dari seorang pasien yang
pada saat sedang dalam keadaan terbius total, merupakan tujuan dari
intraoperatif neurofisiologik monitoring.
Intraoperatif Neurofisiologik
Monitoring merupakan bagian dari neurofisiologi yang tergolong berusia masih
sangat muda. Alat ini baru dipergunakan sejak tahun 1994 di Amerika Serikat.
Idealnya adalah bahwa prosedur
monitoring ini tidak menambah resiko dari pembedahan, akan tetapi sebaliknya
dapat menunjukan manfaat yang positif dalam mengurangi insiden yang dapat
membahayakan system persyarafan.
Suatu tujuan dari intraoperatif
neurofisiologik monitoring yaitu mendeteksi pada saat yang tepat setiap terjadi
kemundurang fungsi pada system persarafan yang dapat terjadi selama operasi
berlangsung, sehingga dapat segera kepada operator untuk segera memodifikasi
tindakan pembedahan agar fungsi dapat tetap terpelihara.
D.
GAYA HIDUP SEHAT UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT PADA
SISTEM KOORDINASI
1.
Pola Makan Sehat
Dengan pola makan yang benar, yakni
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tubuh akan mendapatkan nutrisi yang
cukup. Itu artinya setiap kali makan kita harus menyantap makanan yang
mengandung karbohidrat kompleks (karbohidrat yang mengandung serat dan zat gizi
lainnya), vitamin serta mineral, protein, juga lemak. Tentu saja semua dalam
jumlah yang cukup, sesuai kebutuhan tubuh. Dengan pola makan sehat seperti ini
maka sistem koordinasi dapat berfungsi dengan baik.
2.
Istirahat yang Cukup
Salah satu cara menjaga sistem
koordinasi adalah dengan tidur yang cukup. Setelah melakukan aktifitas fisik
dan otak seharian, manusia membutuhkan istirahat yang optimum yang juga menjadi
alternatif untuk menciptakan pola hidup sehat karena pada saat manusia
melakukan ini, otot dan otak yang selama ini bekerja dapat relaksasi dan
beristirahat.
3.
Olahraga
Olahraga setiap hari dapat membuat
mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan meningkatkan
kemampuan otak. Karena olahraga bisa meningkatkan jumlah oksigen dalam darah
dan mempercepat aliran darah menuju otak.
4.
Hindari Stres
Stres memang sangat sulit dihindari
jika hidup di kota besar seperti Jakarta yang dikenal karena kemacetan dan
kesibukannya. Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon
cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon norepinephrine
akan diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya
tekanan darah. Maka, sangat baik bila Anda menghindari stres baik di kantor
atau di rumah.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar: